Wednesday, December 19, 2012

cerpen!


Perbedaan yang Indah
oleh. Nurroh Habibah

D
eras guyuran hujan menyambutku di tempat ini. Tempat yang baru pertama kali aku kunjungi. Sedikit beda memang, berbeda dengan nostalgi tatanan kota di kotaku. Sudut-sudutnya pun berbeda. Baru kusadari kini kutlah jauh meninggalkan kota dimana aku dilahirkan.
Langkahku semakin jauh, sudah tak terlihat lagi awal langkah ini memulai. Namun bayang-bayang kotaku semakin jelas diawang. Belum sehari saja aku sudah merindukannya. Tapi kini berbeda. Aku baru saja menjalani kehidupan baruku walau hanya untuk beberapa waktu. Dan disinilah segala kenangan itu muncul bergantian.
Di kelas,
Mana yang katanya Budak Jogja tu? Majulah kalian ke depan kelas.”
Teman-teman menyuruh Aku dan Nada bergegas maju mengikuti perintah Bapak guru. Dengan wajah kebingungan kamipun menurutinya.
“Siapa nama kalian? Perkenalkan diri kalian ket teman-teman.”
“Nama saya Freya Leikhisa, panggil saja Freya. Saya dari Eight SHS (Senior High School) Yogyakarta.” bertambah dengan senyum yang aku pasang. Tak lupa Nada juga memperkenalkan diri.
“Kalau saya Nada Azzahra, panggil saja Nada. Saya dari Mupat SHS Yogyakarta.”
Kami berdua masih berdiri di depan kelas. Masih pula ditanyai banyak hal oleh Bapak guru dan beberapa teman-teman di kelas.
Yaa, ini sekolah baruku. Mungkin memang berebeda 180o, tapi apakah pantas aku mempermasalahkan perbedaan? Apakah pengalaman hidup harus disejajarkan dengan perbedaan lingkungan? Ah sudahlah, kucoba menikmati perbedaan yang ada.
.____.
Bel pulang sekolah berbunyi, Tika yang menjadi saudara baruku mengajakku pulang lebih cepat dari teman-teman lainnya. Selama beberapa hari disini, aku tinggal dengan keluarganya Tika. Mereka sangat baik padaku. Yaaa, walau baru sehari aku berada disini. aku sudah mulai bisa merasakan kehangatan keluarga ini.
“Ke rumah Windy yuk, Frey” ajak Tika kepadaku.
“Windy? Siapa itu? Jauh nggak?”
“Nggak kok, cuma depan rumah. Peh Frey, peh!”
Aku tetap berbaring di kasur walau berulang kali Tika berkata ‘peh Frey peh!” hingga akhirnya dia mencubitku.
Awwww...!” aku sedikit menyengir.
Peh itu artinya ayo atau bisa juga cepat, Frey. Paham? Buruan ikut aku ke rumah Windy!”
Aku yang masih bingung dengan cepat menuruti perintah Tika. Sedikit lucu memang, disini banyak kutemukan kosakata yang sepertinya asing ditelingaku. Hahaha.. Biarlah pembiasaan diriku mengalir seperti air.
.___.
“Hai Win, Budak Jogja ni takterti aku katakan Peh. Pening palaku ngomong Bahasa Indonesia.” Nada kesal menyelimuti mimi wajah Tika.
“Haha... Maklum bae la, diyok takterti bahasa kito. Kito ajari diyok bae.” Windy masih cengengesan.
Aku yang dari tadi mlongo mendengarkan mereka berbicara hanya bisa ikut nyengar-nyengir sendiri. Entahlah, aku menagnggap ini sebuah lelucon belaka. Atau akunya saja yang bodoh tak mengerti mereka berbicara apa.
Aku dan Tika dipersilahkan masuk, disini aku disuguhi makanan khas kota yang cukup besar ini. Sebut saja itu pempek, pasti kalian sudah banyak yang tahu aku sedang ada di mana. Tapi sebenarnya aku berada di pinggir dari kota besar itu. Sebut saja itu sebuah kabupaten. Yaaa kabupaten.
“Kamu Freya ya? Salam kenal, aku Windy.”
“Iya, salam kenal juga ya.” kami saling berjabat tangan.
“Mau aku ajarin lagu daerah sini nggak, Frey?” tanya Windy kepadaku.
Aku hanya menganggukkan kepala sembari Windy memutar lagu yang berjudul keceboran. Aku tak mengerti arti dari lagu yang ia ajarkan. Dengan penuh ketelatenan, ia mengartikan baris demi baris dari lagu tersebut.
Sang fajar mulai menyelinap pergi, pertandakan aku dan Tika untuk segera pulang. Tak pacak (tidak baik) katanya kalau anak perempuan belum pulang padahal sudah petang. Hal yang sama dan membuatku merindukan kotaku. Hei! Bukankah baru sehari aku meninggalkannya? Mari beradaptasi dengan kota baru ini!
-___-
Seperti kalimat-kalimat klise yang sering aku dengarkan, waktu berjalan begitu cepat. Tak terasa sudah seminggu aku meninggalkan kotaku dan hidup di kota yang baru. Selama seminggu ini aku belajar banyak hal. Belajar menghargai berbagai perbedaan yang ada di Nusantara. Perbedaan yang membuatku semakin kaya akan pengetahuan dan jiwa toleransi.
“Hari ini ada tanding basket Frey, kalau bisa kamu dan kawan budak Jogja ikut lihat kami ya.” pinta seorang teman kami yang nampaknya jago sekali bermain basket.
“Oke deh Reza, nanti aku dan temen-temen dari Jogja bakalan dukung tim kalian deh.”

Pertandingan yang ditunggu itupun dimulai. Tim sekolah baruku melawan sekolah yang tidak dapat diragukan kehebatannya. Jujur, aku yang sedikit tomboy ini senang sekali melihat pertandingan basket. Ditambah aku sering ikut menjadi supporter di sekolahku sana. Kami sedikit membuat kehebohan disini. Bersorak-sorak semau kami untuk menyemangati tim basket. Betapa senangnya kala itu. Berasama teman-teman baru yang amat mengasyikkan. Dan pengorbanan kali tidak sia-sia. Tim basket sekolah memenangkan pertandingan kala itu.
-___-
Benar-benar waktu berjalan sangat cepat. Sepertinya baru kemarin aku meninggalkan kota kelahiranku. Namun esok, aku harus kembali lagi ke sana.
Hari perpisahanpun datang. Gundah gulana menyelimuti hatiku. Aku yang baru saja menikmati kehidupan baruku seakan terbangunkan dari tidur panjang. Aku harus kembali kerutinitasku yang dahulu. Walau hati ini memberontak, apalah daya. Sudah begitu banyak hal dan kenangan di kota baruku ini. Enggan rasanya aku tuk pergi dari sini.
“Mungkin ada yang ingin disampaikan kepada teman-teman?” tanya Bapak Firman selaku Kepala sekolah.
“Freya?” beliau memintaku untuk mewakili teman-teman mengungkapkan beberapa patah kata.
“Sebelumnya, terimakasih aku sampaikan kepada kalian teman-temanku. Mungkin pertemuan kita memang sangat singkat. Tapi, aku harap kita akan selalu bersilaturahmi. Terimakasih telah mau menerima kami di sini. Telah mengajarkan kami akan arti perbedaan dan keberagaman. Jujur, banyak hal yang berbeda diantara kita. Mulai dari adat, bahasa, hingga warna kulit kita. Namun itu semua tak menjadi pengahalang untuk saling belajar. Maaf apabila selama beberapa hari kami disini kami memiliki kesalahan yang kami sengaja ataupun tidak. Sekali lagi kuucapkan terimakasih.” tak terasa peluhku menetes.
Ternyata bukan hanya aku saja, banyak pula peluh-peluh yang menetes dari mata indah yang Sang Khalik ciptakan.
-­­­___-
Langkahku semakin jauh meninggalkan kota yang baru saja mengenalkanku akan keberagaman dan perbedaan. Terimakasih untuk kalian yang telah mengajarkanku banyak hal. Dan sejatinya perbedaan pun terbukti berguna selama masih ada toleransi. Selain itu, perbedaan membuat hidup kita semakin berwarna.
Aku harus pergi sekarang. ..

No comments:

Post a Comment

silahkan komentarnya :) makasih yaaaaaa.