Monday, December 31, 2012

bye 2012

Haiii selamat malan blogieeee :3 *muka unyu*

Sekarang New Year Eve lhoooo.... Mana sekarang di rmh aku hujan lhoo... #terus?
Duh banyak banget yaaa kenangan di 2012 :')
Mulai dimana aku udah bisa move on, terus naik kelas XI ipa, ketemu temen-temen yang banccyiq gila :D (re: temen kelas), hmmmmm dan yang paling barokah yaaa bisa exchange ke Palembang. yiiipieee!!
Nah, mulai tadi malem sampai hari ini temen-temenku di Palembang yg kelas XII ke Jogja.. Gimana nggak kangen banget, u.u ada Pak Fir, Ayuk Rara, Dea, Kakak Aan, Kakak Irfan :3 aaaaaaa unyu bangetsss.
Tapi malem ini mereka udh otw Bandung u,u
Makasih buat kenangannyaaa selama 2012 ini, semoga 2013 makin mantabsss jaya!!! :D amin, makin bertambah segalaaaanyaaa :)

Yuk tidur, kan sekarang ujan kan. ntar waktu mau jam 12 mari bangun liat kembang api. huuuray!!
:D
bye blogieeee :p

Wednesday, December 19, 2012

cerpen!


Perbedaan yang Indah
oleh. Nurroh Habibah

D
eras guyuran hujan menyambutku di tempat ini. Tempat yang baru pertama kali aku kunjungi. Sedikit beda memang, berbeda dengan nostalgi tatanan kota di kotaku. Sudut-sudutnya pun berbeda. Baru kusadari kini kutlah jauh meninggalkan kota dimana aku dilahirkan.
Langkahku semakin jauh, sudah tak terlihat lagi awal langkah ini memulai. Namun bayang-bayang kotaku semakin jelas diawang. Belum sehari saja aku sudah merindukannya. Tapi kini berbeda. Aku baru saja menjalani kehidupan baruku walau hanya untuk beberapa waktu. Dan disinilah segala kenangan itu muncul bergantian.
Di kelas,
Mana yang katanya Budak Jogja tu? Majulah kalian ke depan kelas.”
Teman-teman menyuruh Aku dan Nada bergegas maju mengikuti perintah Bapak guru. Dengan wajah kebingungan kamipun menurutinya.
“Siapa nama kalian? Perkenalkan diri kalian ket teman-teman.”
“Nama saya Freya Leikhisa, panggil saja Freya. Saya dari Eight SHS (Senior High School) Yogyakarta.” bertambah dengan senyum yang aku pasang. Tak lupa Nada juga memperkenalkan diri.
“Kalau saya Nada Azzahra, panggil saja Nada. Saya dari Mupat SHS Yogyakarta.”
Kami berdua masih berdiri di depan kelas. Masih pula ditanyai banyak hal oleh Bapak guru dan beberapa teman-teman di kelas.
Yaa, ini sekolah baruku. Mungkin memang berebeda 180o, tapi apakah pantas aku mempermasalahkan perbedaan? Apakah pengalaman hidup harus disejajarkan dengan perbedaan lingkungan? Ah sudahlah, kucoba menikmati perbedaan yang ada.
.____.
Bel pulang sekolah berbunyi, Tika yang menjadi saudara baruku mengajakku pulang lebih cepat dari teman-teman lainnya. Selama beberapa hari disini, aku tinggal dengan keluarganya Tika. Mereka sangat baik padaku. Yaaa, walau baru sehari aku berada disini. aku sudah mulai bisa merasakan kehangatan keluarga ini.
“Ke rumah Windy yuk, Frey” ajak Tika kepadaku.
“Windy? Siapa itu? Jauh nggak?”
“Nggak kok, cuma depan rumah. Peh Frey, peh!”
Aku tetap berbaring di kasur walau berulang kali Tika berkata ‘peh Frey peh!” hingga akhirnya dia mencubitku.
Awwww...!” aku sedikit menyengir.
Peh itu artinya ayo atau bisa juga cepat, Frey. Paham? Buruan ikut aku ke rumah Windy!”
Aku yang masih bingung dengan cepat menuruti perintah Tika. Sedikit lucu memang, disini banyak kutemukan kosakata yang sepertinya asing ditelingaku. Hahaha.. Biarlah pembiasaan diriku mengalir seperti air.
.___.
“Hai Win, Budak Jogja ni takterti aku katakan Peh. Pening palaku ngomong Bahasa Indonesia.” Nada kesal menyelimuti mimi wajah Tika.
“Haha... Maklum bae la, diyok takterti bahasa kito. Kito ajari diyok bae.” Windy masih cengengesan.
Aku yang dari tadi mlongo mendengarkan mereka berbicara hanya bisa ikut nyengar-nyengir sendiri. Entahlah, aku menagnggap ini sebuah lelucon belaka. Atau akunya saja yang bodoh tak mengerti mereka berbicara apa.
Aku dan Tika dipersilahkan masuk, disini aku disuguhi makanan khas kota yang cukup besar ini. Sebut saja itu pempek, pasti kalian sudah banyak yang tahu aku sedang ada di mana. Tapi sebenarnya aku berada di pinggir dari kota besar itu. Sebut saja itu sebuah kabupaten. Yaaa kabupaten.
“Kamu Freya ya? Salam kenal, aku Windy.”
“Iya, salam kenal juga ya.” kami saling berjabat tangan.
“Mau aku ajarin lagu daerah sini nggak, Frey?” tanya Windy kepadaku.
Aku hanya menganggukkan kepala sembari Windy memutar lagu yang berjudul keceboran. Aku tak mengerti arti dari lagu yang ia ajarkan. Dengan penuh ketelatenan, ia mengartikan baris demi baris dari lagu tersebut.
Sang fajar mulai menyelinap pergi, pertandakan aku dan Tika untuk segera pulang. Tak pacak (tidak baik) katanya kalau anak perempuan belum pulang padahal sudah petang. Hal yang sama dan membuatku merindukan kotaku. Hei! Bukankah baru sehari aku meninggalkannya? Mari beradaptasi dengan kota baru ini!
-___-
Seperti kalimat-kalimat klise yang sering aku dengarkan, waktu berjalan begitu cepat. Tak terasa sudah seminggu aku meninggalkan kotaku dan hidup di kota yang baru. Selama seminggu ini aku belajar banyak hal. Belajar menghargai berbagai perbedaan yang ada di Nusantara. Perbedaan yang membuatku semakin kaya akan pengetahuan dan jiwa toleransi.
“Hari ini ada tanding basket Frey, kalau bisa kamu dan kawan budak Jogja ikut lihat kami ya.” pinta seorang teman kami yang nampaknya jago sekali bermain basket.
“Oke deh Reza, nanti aku dan temen-temen dari Jogja bakalan dukung tim kalian deh.”

Pertandingan yang ditunggu itupun dimulai. Tim sekolah baruku melawan sekolah yang tidak dapat diragukan kehebatannya. Jujur, aku yang sedikit tomboy ini senang sekali melihat pertandingan basket. Ditambah aku sering ikut menjadi supporter di sekolahku sana. Kami sedikit membuat kehebohan disini. Bersorak-sorak semau kami untuk menyemangati tim basket. Betapa senangnya kala itu. Berasama teman-teman baru yang amat mengasyikkan. Dan pengorbanan kali tidak sia-sia. Tim basket sekolah memenangkan pertandingan kala itu.
-___-
Benar-benar waktu berjalan sangat cepat. Sepertinya baru kemarin aku meninggalkan kota kelahiranku. Namun esok, aku harus kembali lagi ke sana.
Hari perpisahanpun datang. Gundah gulana menyelimuti hatiku. Aku yang baru saja menikmati kehidupan baruku seakan terbangunkan dari tidur panjang. Aku harus kembali kerutinitasku yang dahulu. Walau hati ini memberontak, apalah daya. Sudah begitu banyak hal dan kenangan di kota baruku ini. Enggan rasanya aku tuk pergi dari sini.
“Mungkin ada yang ingin disampaikan kepada teman-teman?” tanya Bapak Firman selaku Kepala sekolah.
“Freya?” beliau memintaku untuk mewakili teman-teman mengungkapkan beberapa patah kata.
“Sebelumnya, terimakasih aku sampaikan kepada kalian teman-temanku. Mungkin pertemuan kita memang sangat singkat. Tapi, aku harap kita akan selalu bersilaturahmi. Terimakasih telah mau menerima kami di sini. Telah mengajarkan kami akan arti perbedaan dan keberagaman. Jujur, banyak hal yang berbeda diantara kita. Mulai dari adat, bahasa, hingga warna kulit kita. Namun itu semua tak menjadi pengahalang untuk saling belajar. Maaf apabila selama beberapa hari kami disini kami memiliki kesalahan yang kami sengaja ataupun tidak. Sekali lagi kuucapkan terimakasih.” tak terasa peluhku menetes.
Ternyata bukan hanya aku saja, banyak pula peluh-peluh yang menetes dari mata indah yang Sang Khalik ciptakan.
-­­­___-
Langkahku semakin jauh meninggalkan kota yang baru saja mengenalkanku akan keberagaman dan perbedaan. Terimakasih untuk kalian yang telah mengajarkanku banyak hal. Dan sejatinya perbedaan pun terbukti berguna selama masih ada toleransi. Selain itu, perbedaan membuat hidup kita semakin berwarna.
Aku harus pergi sekarang. ..

Sunday, December 2, 2012

surat untuk Uti #3


Setahun yang lalu,

Tak terasa raga dan jiwamu meninggalkan kami setahun lalu. Tak terasa senyum manismu tlah terkubur besama raga lemahmu. Tak dapat  kudengar kembali petuh-petuah hidup yang biasanya kau ucapkan.

Tuhan...... berikanlah tempat yang mulia di sisi-Mu. Agar senyumnya dapat terus mengembang Tuhan. Ampuni dosanya Tuhan, beliau orang yang sangat baik bagiku. Seseoarang yang selalu mendengar keluh kesahku, membantuku, mengayomiku, bahkan beliau pula yang mendidikku menjadi wanita tegar saat ini Tuhan.

Selamat jalan Uti, terimakasih atas kasih sayangmu yang telah kau beri kepada kami anak-menantu-dan cucumu. Tenanglah disana bersama jiwa-jiwa yang bahagia pula. Kami disini selalu mendoakanmu =)

021211-0212012
Salam rindu,
cucu ternakalmu

Saturday, December 1, 2012

unforgettable moments

ini pas kondangan, aku salah kostum cuma pakek kolor batik

bebakaran malam terakhir di sana, di rmh dea (my hostfam)

di lobby sekolah

nindy, tian, aku, taqin

rara sama aku


at knock down, aku, nindy, nadiya, putri

putri, aku, rara, nindy

untuk Kalian, t e r i m a k a s i h =)



Hati ini terasa berat serasi dengan beratnya langkah pesawat yang aku tumpangi. Enggan rasanya untuk meninggalkan Kalian dari Bumi Sriwijaya. Bumi dimana mengajarkanku banyak hal. Belajar menjalani hidup di kota orang dengan cara sesederhana mungkin. Bumi Caram Seguguk, masih di dalam kawasan Bumi Sriwijaya. Tempat dimana kenangan-kenangan indah selama dua minggu itu terukir. Terpatri bersama rintik hujan yang terserap dalam tanah.

Tak terasa peluh menetes menemani ketermenunganku. Pasawat ini membawaku semakin menjauh dari bumi yang penuh akan kenangan. Meski singkat, namun aku tak akan pernah bisa melupakannya. Tinggi, tinggi, jauh, jauh, dan semakin menghilang. Tampak jelas putihnya awan menyelimuti kaca jendela pesawat menggantikan hamparan hijaunya Bumi Sriwijaya.

SMA Negeri 1 Tanjung Batu, sekolah yang jauh berbeda dengan sekolahku saat ini. Sekolah dengan lapangan sederhana, tanpa kipas maupun AC, tanpa aula, tanpa LCD dan masih banyak perbedaan yang aku temukan di sana. Namun tak mengapa bagiku. Menuntut sebuah ilmu dan mencari pengalaman tidak harus pada sebuah tempat yang mewah. Cukup pada tempat yang membuatku merasakan indahnya kebersamaan, toleransi, persahabatan, dan arti akan kebahagian. Tak ada kata senioritas-junioritas kala itu, semuanya membaur menjadi satu kesatuan. Menjadi sebuah keluarga baruku di sekolah yang baru pula.

Kalian. Teman, sahabat, dan saudara baruku. Bukan masalah seberapa lama kita saling mengenal, namun seberapa berartinya kalian mulai saat itu bagiku. Memang sangat singkat pertemuan kita. Dua minggu kala itu kalianlah yang aku punya di Bumi Caram Seguguk. Kalianlah bintang yang membuatku semangat menjalani hari-hariku disana. Membuatku berhenti mengeluh akan jauhnya perbedaan dengan apa yang biasannya ada dalam hidupku.

Kita berbeda. Yaaa kita memiliki banyak perbedaan, mulai dari bahasa, sifat, cara penampilan berpakaian, dan masih banyak yang lain. Tapi yang harus kalian tahu, kalianlah yang mengajariku akan arti keberagaman. Perbedaan yang kita miliki terasa indah kala itu. Aku merasa bahagia menjadi berbeda di tengah kaum mayoritas seperti kalian.

Kalian mengajariku banyak arti. Mengajarkanku arti kedewasaan, kemandirian, dan mengajarkanku akan arti persaudaraan. Kita memang tak terlahir sedarah, namun jiwaku-jiwamu terasa semakin menyatu dengan keakraban yang kita jalin. Sama-sama mau belajar akan perbedaan yang kita miliki. Sama-sama bertoleransi akan banyak hal yang berbeda pula.

Terimakasih, terimakasih, dan terimakasih. Kata yang tak henti-hentinya dapat aku ucapkan pada kalian, teman, saudara baru, sekolah baru, Bumi Caram Seguguk, dan Bumi Sriwijaya. Kata terimakasih tak sebanding dengan pengalaman berharga dan kenangan indah yang aku dapatkan bersama kalian. Yakinlah, suatu saat nanti kita akan bisa bertemu kembali. Entah kapan, namun aku yakin akan hal itu. Maaf jika selama dua minggu kala itu, Aku, Nadiya, Nindy, dan Putri memiliki banyak kesalahan.

Untuk kalian (Rara, Dea,Taqin,Tian, Wiwik, Tia, Nana, Neng, Barika, Andri, Farid, Pak Fir, Ayuk Rara, Pak Marhen, Farhan, Kak Andrian, Reti, Amar, Amran, IPA 2, SMANSA TABA, dan kalian yang tidak bisa aku sebutkan) Satu hal penting adalah, kalian tidak akan mungkin aku lupakan. Semoga hubungan silaturahmi ini tetap terjalin, terimakasih, terimakasih dan terimakasih. =)

Dengan rindu dari hati yang  paling dalam,
Bibah