Monday, June 24, 2013

Hari Ini

Masih suasana holiday yaa ini, jadi pengennya main terus. Ya tadinya ketar-ketir diijin apa nggak, soalnya kan malem. Tapi untungnya setelah menggunakan tameng sepupu saya dan yak akhirnya disetujui. Thankyou so much qaqaaaa! :)

Nggak perlu basa-basi, our destination tonight yaitu ALKID atau Alun-Alun Kidul atau Alun-Alun Selatan. Dan lumayan crowded yaa disana. Soalnya kan musim liburan gini. Dimaklumin aja yaa.

Tadinya niat nungguin anak-anak SNSD yang lebih dulu ke PKJ yang di TBY itu lho. Tapi setelah sekian lama mereka tak kunjung datang dan sepertinya mereka keasikan di PKJ bung. Finally, aku dan Mbak Rista sepupuku mencoba melewati beringin kembar. Fyi, kalo kalian ke Alkid kalian harus coba ngelewatin beringin kembar ini dengan mata tertutup. Mitosnya, kalo bisa tembus atau lewat gitu katanya permohonannya bisa terkabul. But, who's knows? Namanya juga tradisi. Mari kembali ke keyakinan masing-masing. :) *bijak

Aku dan Mbak Rista pun ikut mencoba untuk yang kesekian kalinya. Nggak asing sih buat kita. Cuma seneng aja gitu. Terus liat orang yang dikasih aba-aba "terus maju terus" kan pengen ketawa. Apalagi liat yang melencengnya jauh banget. xixixixi... Alhamdulillah bisa lewat, yang pertama sih nabrak tembok pager beringinnya. Tapi yang kedua lancar. hehe Terus kita cuma duduk, makan, curhat, dan iseng foto-foto.

Setelah itu ketemu sama anak-anak ipa1 bentar terus pamit pulang karena sudah malam u,u


Salah satu permainan di Alkid


Nyoba Bulbing, tapi objek terlalu besar dan becak hias jalannya pelan

Lumayan sih menurutku buat pemula kayak aku



Malam sudah semakin larut. Namun sang rembuan masih setia dengan gagahnya menemani kami. Betapa indahnya malam ini. Terimakasih Tuhan! :)

Dadakan

Sesuai dengan judulnya.. Kemarin Minggu itu serba dadakan. Gini ceritanya....
Sekitar jam 12an gitu Utik sms aku, tanya aku dimana. Dan kebetulan lagi di rumah cuma sama babe yaaa akhirnya Utik dateng deh ke rumah dengan nyebrang dari Kaliurang menuju rumahku. Kurang lebih 45menit dah tu dia dateng. Tadinya sih nggaring, cuma cerita tentang anak-anak Palembang dan absolutely mantannya :p hihihi... Akhirnya aku ngajak dia pergi. Menujulah kita ke Kawasan MALIOBORO.

Kita lewat jalan yang di Taman Budaya Yogyakarta a.k.a TBY itu. Ternyata lagi ada event Pasar Kangen Jogja a.k.a PKJ. Lumayan rame dan bikin macet sih. Tapi aku lurus terus belok kiri ke arah jalan utama Malioboro. Finally, kita parkir di Benteng Vredeburg. Sebagai warga Yogya yang baik dan taat aturan sok-sokan, kita beli tuh ticket seharga 2000. Tumben banget pager yang di dalem yang tembus ke TBY dibuka. Mungkin biar bisa langsung ke PKJ kali yaa. Habis itu kita cuma foto-foto di atas. Ada hal aneh nih...... *liat habis foto :3




BNI

langitnya warnanya beda


utik sama aku

Bank Indonesia

Waktu mau cari tangga. Ada dua orang cewek kayaknya kuliahan gitu nyamperin kita. Nanya-nanya nama, sekolah, dll. Nah wajah Utik sudah berubah. Aku nangkep kodenya sih, tapi aku sok santai gitu ngeladenin mbak-mbaknya. Mereka nawarin kita ikutan bikin short film tentang Jogja. Entah, tapi menurutku cara bicaranya gagu gitu dan nggak menyakinkan. Finally, aku nolak secara halus. Terus kita lanjut foto-foto.




blur :8




Okey, next destination... Ternyata di Monumen 1 Maret lagi ada Youth Entrepreneur Festival. Isinya sih anak-anak mahasiswa yang lagi jualan gitu. Kayaknya dari fakultas ekonomi ugm. Tapi nggak tau juga. Dan banyak stand makanan. Yaudah we decided buat makan bakso. Di tengah-tengah makan bakso, ada drumband gitu. Ternyata ada karnaval di sepanjang jalan Malioboro. Pesertanya dari setiap kecamatan. Dan yaudah, objek foto dah tuh. Uniknya, kita ketemu sama Pak Djoko. Beliau ngajak aku ngobrol duluan. Beliau cerita tentang dulu waktu muda juga kayak aku, hobinya main musik sama fotografi. Bedanya dia kolektor kamera manual. Sedangkan aku? Jaman sekarang makeknya serba digital. Kita sempet foto, beliau minta fotonya dicetak dan dikirim ke rumahnya. Alhasil kita dikasih kartu namanya. Demi apa rasanya minder banget, beliau kan udah professional :/ dan aku? amat sangat amatiran..hahaha.... But, nice to know you, Sir. :)


blur :$ aku lupa, aku makek manual. :/




sama Pak Djoko dan cameranya


Akhirnya karnavalnya selesai dan kita pulang... :)


Saturday, June 22, 2013

INI BUKAN AKHIR

Hai.. welcome back again. its saturday night again. #tsaaah.

Setiap ada pertemuan pasti ada perpisahan.

Tapi ini bukan akhir. Ini baru awal langkah kita menuju kehidupan yang sebenarnya. Menuju ke cita-cita kita.  Menuju masa depan kita.

Hari ini, hari terakhir(kelas11) bareng Sebelas Natural Satu Delayota a.k.a SNSD014. Rasanya seneng bisa naik kelas, tapi rasanya sedih juga bakalan nggak sekelas di kelas 12 nanti. Jadi ini ceritanya agak galau nih. Ternyata emang bener. Kelas 11 itu enak yaaa. Masa dimana aku sudah muali enjoy sama dunia SMA dan ikut beberapa events sekolah dan nemuin temen-temen yang asik. Jadi buat postingan yang dulu YANG INI agaknya mind set saya sudah terbuka dengan lebar betapa nikmatnya jadi anak SMA. Entah besok kelas 12 gimana :/ Yaaaudin dijalanin dulu aja :) Semoga selalu diberkahi Allah. Amin.

Foto pas di Solo


Sebelas Ipa Satu Delayota a.k.a SNSD. Bersama dengan Bapak Bakti Sumkoko Aji a.k.a Pak Aji lengkap dengan Fisika dan cara pengajarannya. Serta rasa kasih sayangnya kepada kami semua anak-anaknya. Terimakasih untuk satu tahun yang sangat singkat ini Pak :) Terimakasih untuk selalu setia memotivasi kami untuk menggapai cita-cita kami. Karena memang tidak ada hal yang tidak mungkin, tunggu kami anak-anakmu beberapa tahun lagi.

Ah.... banyak banget kalo nginget-inget hal apa aja yang udah bareng-bareng dijalanin sama SNSDers. Waktu Buber di Lombok Idjo, ke Movie Box, ke Pandawa Waterboom Solo, ke Pantai Parangtritis, ke Kaliurang, ke Desa Wisata Penting Sari, makrab ke rumah Ocha, Futsalan, Nge-usda buat Hoodie, sebgian ke Bali, Foto nggak jelas, marahan secara psikis. DLL dan tentunya BAHAGIA bareng-bareng kan yaaa. :)

Rizqi Rofiq Ira Gresma Kiky Nana Berli Bram Rafiq Dini Disa Fahmy Faris Irfan Hanum Acha Vita Ila Jihan Franza Yara Bibah Kuni Lala Rizky Oca Ikik Ellen Wiby Vania Yodha Iyot

Kita itu kayak pelangi yaaa.
Ada yang pinter banget, ada yang sukanya bikin video dan fotografi, ada yang jiwa pemimpin tapi bossy juga, ada yang dewasa banget, ada yang imbisil dan hiperaktif, ada yang pagob juga, ada yang agak pahpoh tapi kalo jawab kuis fisika cepet banget, ada yang cerewetnya minta ampun, ada yang kalem banget, ada yang panic attack, ada yang jago gambar, ada yang jago banget main musik, dan ada yang sukanya jail.. haha pokoknya macem-macem.

Cuma pengen bilang,
Makasih udah jadi keluarga baruku. Makasih udah mau nerima semua kelebihan dan kekurangan masing-masing anak. Terimakasih sudah memberi warna di hidup ini :') Semoga beberapa tahun lagi kita sukses semuanya yaaa :) amin. {}

Mural kelas. Created originaly by: Wiby, Disa, Lala

Ulang tahunnya Pak Aji

Buber di Lombok Idjo

English Outing di Kaliurang

Homestay di Penting Sari

Water Attack di kolam ikan

BAHAGIA ITU SEDERHANA,
thats all...

from my deepest heart, i miss you all :') {}


Sunday, June 2, 2013

Cerpen!

Sebuah Perjalanan
Oleh: Nurroh Habibah (02/10/12)

“Hidup itu bagaikan roda, terkadang di atas terkadang pula di bawah.”
Kalimat klise yang sering aku dengar. Namun sungguh, realita dalam kehidupan kita berjalan seperti itu. Entah takdir ataukah hanya sebuah kebetulan semata. Bagai rahasia besar yang kita tak tahu kapan akan terkuak. Kita hanyalah lakon dalam sebuah sandiwara yang berjudul kehidupan. Menunggu perintah sesuai dengan naskah yang telah dituliskan sebelumnya oleh penulisnya. Tidak bisa kita membantahnya, yang bisa kita lakukan hanyalah menjalani, menerima, dan berusaha untuk menjadi lebih baik di hari esok.
“Lang, ayo sarapan dulu. Si Bibiudah bikinin makanan kesukaanmu.”
Suara yang tak asing lagi ditelingaku, suara yang selalu aku dengarkan. Suara yang membuatku menjadi begitu nyaman dan memberiku semangat. Yaaa.... Seorang perempuan paruh baya yang satu-satunya mau menerima dan merawatku hingga saat ini.
“Iya Nek, bentar.”
Lekas aku berusaha menjalankan kursi rodaku ini. Di atas kursi ini aku melakukan segala aktivitasku. Menjalani hidup dengan berbagai beban yang harus aku pikul. Aku tak butuh dikasihani, yang aku butuhkan adalah dikasihi oleh mereka. Mereka yang seharusnya tidak membuang dan meninggalku begitu saja.
“Gimana bisnis online mu, Lang.”
“Alhamdulillah lancar Nek, kita sudah bisa dapet omset yang memuaskan.”
“Alhamdulillah kalo gitu. Kalaoudah sukses jangan lupain mereka. Mereka yang membutuhkan. Ingatlah kehidupan kita dulu. Tidak boleh sombong.”
“Tentu Nek, itu udah jadi kewajibanku. Aku pernah rasain gaimana jadi mereka. Dihina karena keterbatasan fisikku, oleh kemampuan ekonomi kita dahulu. Tidak mungkin bisa aku lupain gitu aja sebuah pelajaran berhaga dalam hidupku.”
“Yasudah, habisin sarapanmu. Yayasan Sayap Bunda sudah nunggu kamu untuk ngisi dan ngasih motivasi buat anak-anak cacat. Nenek bilang Mamang dulu untuk menyiapin mobil.”
***
Yaaaa.... Aku, Gilang Dwiputra. Seorang yang memiliki keterbatasan namun memiliki ambisi yang tinggi. Aku terserang penyakit langka Muscular Dystrophy tipe Becker yang menyerang syaraf motorikku di otak kecil. Hingga mengakibatkan sebagian tubuhku cacat dan tidak berkembang sempurna.
Usia menginjak dewasa seperti ini seharusnya ku habiskan besama teman-teman di kampus. Namun aku berbeda. Memang, aku memiliki banyak teman, teman yang sama sepertiku. Dengan keterbatasan dan mimpi-mimpi besar.
Itulah yang membuatku kuat, membuatku bertahan hingga sekarang. Berasama orang-orang yang aku kasihi dan tentunya menerimaku apa adanya.
Mobil melaju dengan kencang, membawaku pergi meninggalkan Yayasan Sayap Bunda yang sudah tak terlihat dipelupuk mataku. Aku sudah jauh meninggalkan tempat yang penuh dengan anak-anak berpotensial walau dengan keterbatasan.
Kini aku berada disebuah tempat yang sangat tak asing bagiku. Tempat dimana semua ini berawal.
“Den Gilang, saya tinggal disini dulu, mau njemput Nenek. Satu jam lagi saya jemput ya Den.”
“Iya Mang, santai. Aku mau di sini dulu. Kalo aku nggak ada di sini nanti Mamang susul di tempatnya Raisa ya.”
“Oke Den, ati-ati ya.”
***
Tak terasa sudah beberapa menit aku termenung di sini. Mengamati sekitar, tak ada bedanya memang. Suasana hiruk-pikuk yang sama.
“Lang, kok nggak bilang kalo lagi disini. Tau gitu aku temenin.”
“Eh kamu Ra, tadi aku cuma mampir soalnya si Mamang lagi jemput Nenek. Terus aku nunggunya disini.”
“Sering banget sih ke sini. Ini tempat berarti banget ya buat kamu?”
Aku dan Raisa memang akrab. Kami bertemu di sebuah event untuk anak-anak cacat yang diadakan kampusnya dan aku menjadi pembicara disana. Untungnya dia tidak malu berteman denganku. Aku sangat bahagia memiliki teman spertinya.
“Iya Ra, ini berarti banget. Banyak kisah yang terjadi disini. Termasuk bagaimana aku bisa berada di atas kursi roda ini. Semuanya berawal dari sini.”
***
Aku bercerita panjang lebar kepadanya. Termasuk bercerita tentang bagaimana keadaanku dahulu.
Aku adalah seorang anak pengemis. Sejak balita aku membantu kedua orang tuaku mencari nafkah. Hingga akhirnya nasib berkata lain, aku tertabrak motor yang melaju kencang. Dan didiagnosis menderita Muscular Dystrophy tipe Becker hingga saat ini.
Masa remajaku kuhabiskan bersama Nenek dan Kakek. Sejak kejadian kecelakaan itu, kedua orangtuaku pergi meninggalkanku. Entah kenapa. Mungkin mereka malu mempunyai anak sepertiku atau entahlah. Aku tak mengerti jalan pikir mereka.
Beberapa tahun lalu, Kakekku meninggal. Tinggal aku dan Nenek sekarang. Aku terus memutar otak. Kini hanya aku harapan yang Nenek punya. Bagaimanapun aku yang harus menjadi tulang punggung keluarga walau dengan segala keterbatasan yang aku miliki.
"It is a waste of time to be angry about my disability. One has to get on with life and I haven't done badly. People won't have time for you if you are always angry or complaining." - Stephen Hawking
Untaian kalimat yang selalu membuatku berfikir beribu kali untuk mengucapkan sedikit kata penyesalan yang amat dalam. Kata-kata yang membuatku merenung sedalam batas kemampuanku untuk tidak kembali berada dalam bayang kursi pesakitan. Walau aku tahu, aku kini duduk di atasnya. Bersama beberapa sisa-sisa asa dan tenaga yang kumiliki. Aku hanya ingin bisa memberikan hal yang lebih bermakna.
"Whenever God closes one door, He always opens another, even though sometimes it's Hell in the hallway."
-- unknown
Kembali aku berfikir dan merenung, kupaksa syaraf-syaraf motorikku kembali bekerja. Aku yakin aku pasti bisa mengubah keadaan ini menjadi keadaan yang lebih baik.
Dan semua yang aku lakukan itu tidak sia-sia. Aku berusaha mencoba hal baru. Menggali potensiku walau aku tahu aku memiliki banyak keterbatasan.
Kini aku sedang berada di atas. Menjadi seorang pebisnis online dan sorang motivator walau dengan keterbatasan yang aku punya. Aku tidak boleh terlena dengan semua ini. Aku harus tetap bersyukur oleh anugerah-Nya. Tetap harus berbagi dengan yang lain, dengan mereka yang membutuhkan.
***
Tidak terasa, lama sekali aku bercerita dan Raisa menyimak satu-perstu kisah yang aku ceritakan. Kulihat air mata menetes di pipinya. Ia pun menyadari air mata itu dan segera menghapusnya di hadapanku.
“Lang, aku salut banget sama kamu. Kamu itu bukan hanya teman bagiku. Melainkan motivator untuk menjadi lebih baik lagi. Nggak nyangka dulu kehidupanmu bertolak belakang banget sama sekarang. Tapi kamu tetep kuat, tetep tegar dan mau berusaha buat jadi sekarang ini.”
“Alhamdulillah Ra, aku aja yang kayak gini bisa. Kamu juga bisa kok jadi kayak yang kamu mau. Jangan lupa usaha dan doa. Capai mimpimu. Bermimpilah sebelum kau tahu itu tak bakal terjadi. Semua udah ada yang ngatur.”
“Iya Lang, makasih yaa. Selama ini setelah kita temenan, aku jadi lebih memaknai setiap detik dan menghargai apapun yang aku lakuin. Aku ingin hal yang aku lakuin itu bermanfaat buat aku dan yang lain. Kayak kamu.”
***
Mamang dan Nenek menjemputku. Aku pulang meninggalkan Raisa.
Jika aku ingat hari ini, banyak sekali hal yang aku dapatkan. Sejujurnya aku belum bagahia menjadi aku yang sekarang. Aku ingin lebih bisa menyumbangkan manfaat untuk orang lain. Karena aku tak mau menyiayiakan waktu singkatku untuk merenungi keterbatasanku.
Walau tidak lengkap rasanya. Tidak bersama orang tua tercinta. Aku tak marah walau mereka telah meninggalkanku. Aku hanya ingin berterimakasih pada mereka. Berkat mereka, aku menjadi lebih kuat menjalani hidup yang keras. Tidak manja, tidak ketergantungan dengan orang tua. Walau sakit memang ditinggalkan. Namun aku tetap berterimakasih.
Untuk kedua orangtuaku, cobalah terima aku dengan segala keterbatasanku.
Untuk teman-teman yang sepertiku, raihlah mimpi kalian. Jangan selalu merenungi keterbatasan kita. Karena sejujurnya kita bisa melakukan hal yang sama seperti mereka yang sempurnya.
Jalani hidup kita dengan senyuman. Tuhan selalu memberikan hikmah disetiap kejadian. Sepahit apapun itu sebuntu apapun suatu jalan. Masih ada jalan keluar dengan cahaya pengharapan. Yakinlah!

***